AMBON, arikamedia.co – Staf Khusus Presiden RI Bidang Inovasi, Pendidikan dan Daerah Terluar, Dr.Billy Mambrasar, MBA,MSc memberikan apresiasi yang tinggi kepada TNI Angkatan Laut (AL) yang telah berkolaborasi dengan Mollucan Jukulele Leaders dan PT Telkom Ambon menggelar Konser Jukulele di atas Kapal Perang.
Billy mengatakan, sesuai arahan Presiden terkait dengan harapannya ketika kemudian mengeluarkan Kepres 91/2022 saat pelantikan Panglima TNI yang baru 19 Desember 2022, di Istana Negara, ada tiga pesan yang disampaikan beliau pertama, menjaga kedaulatan, Kedua menjaga integritas dan Kesatuan NKRI, Ketiga, mengangkat dan memperbaiki citra TNI yaitu kepercayaan masyarakat.
Menurutnya, program yang dilakukan Danlantamal IX adalah wujud manivestasi dari arahan Presiden dan ini bisa menjadi contoh oleh semua komponen anak bangsa. “Saya juga menjadi tim yang bekerja bersama TNI dan Polri di Papua untuk memperbaiki pendekatan keamanan juga,” kata Billy dalam Dialog Aspirasi Maluku di RRI Ambon, Rabu (17/5/2023).
Kita melakukan pendekatan dengan melatih petani-petani muda yang ada di kampung-kampung, atau dengan teman-teman TNI AD kita bikin rumah baca di beberapa titik. Ini juga sudah dilakukan oleh Danlantamal IX di Maluku ini sangat bagus.
Kebangaan yang sama Billy sampaikan kepada MJL di bawah Coordinator Niko Tulalessy yang suka Jukulele, dia pengen bikin perubahan dan dia melakukannya, dan konsisten. “Ini contoh yang bisa dilihat oleh anak-anak Maluku. Kedua cara dia membina komunikasi dengan berbagai pihak. Menjaga ego, sebagai anak Indonesia Timur, saya melihat ketika kita mau bikin perubahan kita hancur karena ego kita sendiri. Kita tidak mau lihat orang lain lebih dari kita, kita tidak mau menjaga komunikasi baik dengan orang, kerendahan hati untuk bermitra dengan orang lain,” ujarnya.
Pesan dia sebagai pendidik adalah, mari kita mau jadi sesuatu, jadi seseorang kita lakukan secara konsisten, kita jaga komunikasi dan kita kolaborasi, selain support dari berbagai pihak. Karena Pendidikan berkarakter bisa didapat dalam bermusik, bagaimana mereka belajar kolaborasi, belajar mengikuti instruksi, kepatuhan pada aturan, belajar bekerjasama, menahan ego.
“Satu lagi determinasi bahkan yang saya dengar, jam latihan mereka tidak bisa dinegoisasi hanya karena kedatangan Menteri. Ini pendidikan karakter terbaik. Kalau anak-anak ikuti pendidikan non formal maka skil-skil dan kolaborasi kerjasama menahan ego, menahan kesombongan dilatih di ruang non formal,” ujar Duta Pembangunan Berkelanjutan ini.
Anak-anak muda di Maluku puya potensi yang luarbiasa besar, dua tahun lalu saya mengabarkan ke Pemda Maluku bahwa Presiden akan menghadiahakn fasiltas untuk anak-anak muda di Maluku, Menpora menyampaikan pesan yang sama, beliau ingin mendorong di bangunnya pusat prestasi anak-anak Maluku.
Billy mengungkapkan, harapannya besar anak-anak Maluku untuk menjadi generasi emas bangsa ini, di tahun 2030 hampir 70% demografi di Indonesia termasuk di Maluku adalah anak muda. Jadi anak-anak yang dilatih di Jukulele maupun komunitas yang lain, mereka yang akan duduk di tempat-tempat penting.
Kita harus bekerja keras menyiapkan generasi Muda Maluku dari sekarang, dikatakan, ketika kita jalan ada anak-anak Maluku pakai baju SD, dipinggir jalan, ingat mereka ini yang akan memimpin. Perubahan transformativ hanya di drive dan didorong manusia yang kita siapkan dari sekarang.
Kerjasama dengan Menteri Bappenas dalam kaitan dirinya sebagai Duta Pembangunan Berkelanjutan, bekerja dengan pembangunan yang berkelanjutan dan maju tidak akan pernah tercapai kalau tidak ada kerja keras yang pentahelix, ada swasta, ada BUMN, ada lembaga negara, maka ke depan teman-teman yang mau buat perubahan di Maluku melalui gerakan, mencontoh NikoTulalessy.
“Turunkan egomu, rendahkan hatimu, perubahan hanya bisa dicapai kalau kamu bekerja dengan orang lain, dengan kerendahan hati, tanpa orang lain kita tidak bisa buat apa-apa. Sudah waktunya Indonesia dibangun dari Timur,” pungkasnya.
Sementara itu Danlantamal IX Ambon, Brigjen TNI (Mar) Said Latuconsina,MM,M.T,M.TR,OPSLA mengakui setelah berbincang-bincang dengan MJL maka gagasan menggelar Festival Jukulele di atas Kapal Perang ini tercetus. Karena selama ini sudah ada program setiap bulan group-group Jukulele tampil di Gong Perdamaian.
Bersamaan dengan Operasi Trisila ini kita memnafaatkan KRI di Pangkalan Lantamal IX, sekaligus berdendang dengan Jukulele. Jumlahya cukup banyak, kalau tidak dibatasi bisa membludak. Yang ditargetkan 1200, yang datang 1300, ternyata di akhir naik menjadi 1500 personil Jukulele dari berbagai sekolah di Ambon dan Maluku Tengah.
Ini membuktikan bahwa masyarakat khususnya anak-anak sekolah komunitas Jukulele kata Danlantamal, antusias sekali untuk tampil memainkan alat musik ini. Bersamaan dengan operasi Trisila yang diselenggarakan oleh TNI AL. Kita akan terus memberikan kesempatan kepada mereka berkreasi.
“Memang apa yang dilaksanakan MJL sesuatu yang luabiasa, mampu menempakan disiplin pada anak-anak. Seharusnya kita melihat ke arah laut karena luas laut hampur 93 persen laut. Masa depan Maluku ada di laut kalau kita mau jujur, karena potensi kelautan sangat luarbiasa yang bisa dikelola untuk kesejahteraan Maluku,” tandas Latuconsina yang juga , Ketua Dewan Pembina MJL.
Dengan kegiatan-kegiatan seperti ini salah satu yang kita harapakan adalah menumbuhkan rasa kecintaan terhadap laut kita, kalau cinta punya rasa untuk menjaga dan merawatnya. Sampah di laut harus bersama-sama bicarakan mencegah agar sampah tidak semain menumpuk di laut.
Bagaimana membuat kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan tidak di laut, menurutnya selain main Jukulele, juga menanamkan kesadaran pada anak-anak kita. Mereka juga menjadi bagian dari bagaimana melestraikan budaya, dan mengsosialisasikan menjaga lingkungan, menanamkan edukasi pada anak-anak.
Harapan kita ke depan tambahnya, kita akan terus melestarikan musik daerah Maluku, kita apresiasikan sehingga anak-anak, kita mencegah dari aktivitas negatif, selain mengajarkan juga bagaimana berekspresi, menyalurkan hobi mereka. Keberadaan TNI AL dimana saja berada harus memberikan manfaat kepada masyarakat.
Sedangkan General Manajer (GM) PT Telkom Wilayah Malluku Muhammad P. Pane mengatakan, dalam hal ini Telkom punya misi yang sama dengan pemerintah yaitu bagaiaman kita menata layanan komunikasi sampai ke ujung Timur Indonesia bukan saja di Maluku.
Diungkapkan, 2400 desa yang ada di Maluku baru sekitar 50 persen terlayani, ini menjadi tantangan luarbiasa bagi kita. Termasuk pihaknya punya misi yang sama bersama komunitas Jukulele, untuk megembangkan musik ini, mensiarkan melalui tercepatnya adalah lewat digtal.
Menurutnya, dengan adanya kegiatan di pelosok-pelosok desa atau negeri akan disiarkan langsung melalui layanan internet.
Hal ini dibenarkan Billy bahwa memang sesuai arahan presiden melalui Palapa Ring Timur, Tengah, dan Barat itu pada tahun 2020, Presiden mengarahkan Transformasi Digital salah satunya adalah peningkatan anggaran untuk infrastruktur Digital agar akseslibitas dan penetrasi internet ini meningkat. Yang dibangun Palapa Ring Timur itu infrastruktur fisiknya, harus diisi oleh Operator Ship, dimana pertimbangannya banyak karena itu mesti distimulasi.
GM PT Telkom Pane terhadap Badendang Jukulele di atas Kapal Perang itu ada tiga hal yang dipertik, pertama terkait dengan apa itu Maluku apakah orang mengenal hampir 93 % laut, melalui bahasa musik yang sifatnya universal mungkin kita bisa menyampaikan, kedua, dengan Jukulele ini banyak sekali pengalaman bertambah, ketiga menambah nilai dan budaya kita butuh kolaborasi tidak bisa sendiri.
“Kami mengajak adanya kolaborasi ini bisa terbangun secara konsisten, permanen dan dari Telkom secara kompetensi dan kami membina satu komunitas Pintu Kota ini, secara platform Digital, penanaman pohon. Konser ini sangat luarbiasa dari sisi Telkom dimana ada kegiatan bersifat membina, Telkom tidak hanya bicara jaringan ada yang kita bisa kolaborasi dan bangun bersama Maluku,” ujar Pane yang baru bertugas di Maluku selama 7 bulan ini.
Coordinator MJL Niko Tulalessy mengatakan, kalau kita bikin event yang biasa-biasa saja maka tidak menjadi unik, sehingga bertemu dengan Danlantamal IX Ambon, dan kita minta kalau boleh ada event Jukulele yang di gelar di atas Kapal TNI AL.
Dikatakan, kenapa kita harus bikin di atas laut, karena luas wilayah Maluku ini lebih banyak lautnya, kita tidak hanya mengajarkan anak-anak main Jukulele tetapi kita lebih banyak juga fokus pada edukasi bagaimana menjaga lingkungan.
Menurutnya, karena itu kita harus memberikan edukasi kepada anak-anak, bahwa Maluku masih termiskin nomor 4 di Indonesia, padahal laut kita banyak, harta kita banyak, hasil kekayaan alam banyak, ini membuka mata anak-anak bahwa Tuhan sudah sediakan sudah hidup karena Tuhan taruh semuanya di laut.
“Di seluruh dunia belum pernah ada anak-anak main Jukulele di atas Kapal Perang, sehingga sejarah buat kita. Tujuan kita apa yang bisa kita kerjakan buat anak-anak di Maluku. Anak-anak main musik Jukulele sebelum mereka beranjak remaja lalu masuk TNI, dan lain-lain,” ujarnya.
Sekarang mereka sudah jadi patriot-patriot kecil selamatkan kekayaan bangsa, kita tidak hanya main Jukulele dengan anak-anak tetapi kita mengedukasi mereka pembentukan karakter. Bermain Jukulele adalah media yang paling mudah untuk kita menyalurkan hal-hal positif buat anak-anak kita.
Maluku sudah terlalu tertinggal kata Niko, bagaimana Jukulele menjadi besar karena membangun Maluku dengan hati yang tulus. Tidak mudah mengumpulkan hampir 500 pelatih Jukulele seluruh Maluku, Papua, Maluku Utara dan Makassar kita samakan presepsi tidak boleh satu lebih jago dari yang lain.
“Tidak mau mengakui kelebihan orang lain, dan tidak mengakui kekuarangan sendiri. Ketika kita cinta Maluku, kita tulus kita lakukan hal-hal besar. Di Ambon saja personil Jukulele sudah mencapai hampir 5000. Tidak mudah mengatur sebanyak itu, kita sangat banyak group di Sekolah,” ujar Tulalessy.
Kita sangat bersyukur kita punya pelatih yang mengeluarkan mereka punya skill bermain Jukulele, kita bisa pantau setiap bulan ada event Manise Badendang Jukulele, para pelatih berpikir bagaimana harus tampil berbeda, ini yang membuat kualitas bermain Jukulele semakin naik.
2019 kita star awal bermain Jukulele menurutnya, kita sangat tegas dengan lingkungan, bagaimana kita bicara pariwisata kalau lingkungan rusak. Teman-teman bermain Jukulele, membentuk komunitas lingkungan Lebe Bae namanya.
Inilah tambah Tulalessy, contoh yang baik dari komunitas Jukulele soal lingkungan adalah mereka meminta bantuan dari salah satu Bank Pemerintah di Jakarta dan direspon baik, serta memperolah 12 Tempat Sampah di desa Amahusu.
“Sudah lama kita kerjasama dengan Lantamal IX Ambon, dari anak-anak Jukulele juga telah terbentuk Komunitas Anak Cinta Laut. Kita lestarikan budaya musik, lestarikan alam juga alam bawah laut. Jadi kita bukan bicara lagi soal harmoniasi musik tapi soal nilai, ini yang buat saya bangga dengan komunita musik di Ambon daripada di luar negeri,” pungkasnya.(*/Red)
Discussion about this post