AMBON, arikamedia.co – Ekonom dan Pengamat Ekonomi, Dr.Julius Latumaerissa mengatakan, jika kita mengacu kepada data BPS yang ada, diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Maluku TW-I 2023 tercatat 5,12% lebih tinggi dari TW-I 2022 (y-on-y).

Dijelaskan, hal ini tentu dapat dipahami bahwa dari sisi penawaran terjadi pelambatan kinerja sebagain besar lapangan usaha (sektor ekonomi) dan ini merupakan pola historis setiap tahun dimana kinerja lapangan usaha TW-I pasti lebih rendah dari TW-IV tahun sebelumnya.
Menurutnya, disamping itu pelambatan kinerja ekonomi Maluku pada TW-I 2022 juga disebabkan masih rendahnya aktivitas dan mobilisasi masyarakat akibat pembatasan-pembatasan masalah Covid-19 dll. Hal ini tentu berbeda dengan kondisi TW-I 2023 tercatat 5,12% tentunya sangat berbeda.
“Demikian juga dari sisi permintaan peningkatan ekonomi Maluku TW-I 2023 tentunya disebabkan oleh kenaikan ekspor 87% disamping membaiknya pengeluaran konsumsi pemerintah sebagai akibat belanja modal yang dilakukan oleh Pemda Maluku. Dari sisi penawaran pertumbuhan 5,12 % tersebut didorong oleh sector konstruksi 7,92% dan sector perdagangan sebesar 6,83%,’ kata Latumaerissa, menanggapi pernyataan Ketua Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) Provinsi Maluku Hadi Bassalamah, yang menjelaskan pertumbuhan Ekonomi Maluku, Inflasi dan Nilai Tukar Petani yang rata-rata mengalami peningkatan sigifikan.
Meskipun pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku pada triwulan I 2023 lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,01% (y–on-y) namun capaian tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kawasan Sulawesi-Maluku-Papua (SULAMPUA) yang tercatat tumbuh sebesar 6,79% (y–on-y).
Pada sisi lain tambah Latumaerissa, jika dilihat pertumbuhan ekonomi triwulan (q-to-q) maka dapat dikatakan bahwa sejak TW-III 2022 tercatat pertumbuhan ekonomi 6,10% dan terus menurun pada TW-IV 2022 menjadi 5,73% dan pada TW-I 2023 menurun menjadi 5,12%
“Berkaitan dengan tingginya ekspor pada TW-I 2023 sebesar 87%, saya melihat bukan disebabkan oleh semata-mata ekspor non migas tetapi lebih ditentukan oleh ekspor migas, sesuai perilaku historis dari sektor ekspor migas di Maluku,” ujarnya.
Angka ini justru lebih rendah dari Ekspor Maluku pada TW-IV 2022 sebesar 140,75% (y–on-y), jauh meningkat dibandingkan dengan TW-III 2022 yang terkontraksi sebesar 57,46% (y–on-y). Sementara itu jika dilihat pertumbuhan TW-I 2023 terhadap TW-IV 2022 (q-to-q) tercatat pertumbuhannya -79,84%
Fluktuasinya pertumbuhan ekspor LN Maluku ini diungkapkan, mengindikasikan peranan sektor migas lebih dominan daripada variabel investasi. Variabel investasi akan cenderung lebih stabil dengan tingkat pertumbuhan yang tidak terlalu fluktuatif. Di sisi lain, kinerja impor luar negeri Provinsi Maluku pada triwulan I 2023 tercatat -13,33%
Sekalipun pertumbuhan ekspor Maluku TW-I 2023 dikatakan tinggi, tetapi menurutnya dilihat dari kontribusi ekspor LN Maluku terhadap PDRB Maluku dari sisi permintaan hanya 2,89% atau Rp. 151.711 milyar (ADHK 2010).
“Nilai ini sangat rendah jika dibandingkan dengan kontribusi pengeluaran konsumsi RT Maluku sebesar 71,48% atau setara 5,416 triliun (ADHK-2010), diikuti pengeluaran investasi pemerintah sebesar 29,29% atau setara dengan 2,431 triliun dan pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 19,30% atau setara 1,486 triliun,” pungkas Latumaerissa.
Dengan demikian secara keseluruhan nilai ekspor LN Maluku TW-I 2023 lebih kecil dibandingkan dengan nilai impor Maluku pada TW-I 2023 sebesar 475.286 milyar atau terjadi defisit sebesar -323.571 milyar.
Sejalan dengan hal tersebut di atas maka patut dicatat bahwa perdagangan antar daerah provinsi Maluku yang ditandai dengan net ekspor antar daerah selalu defisit. Pada TW-II 2022 NEAD Maluku tercatat -29,33%; TW-III 2022 NEAD Maluku naik menjadi -34,77% dan pada TW-IV 2022 terus naik menjadi -48,11% dan turun pada TW-I 2023 sebesar -20,21%.
Dengan demikian tidak ada yang harus dibanggakan dengan pertumbuhan ekspor Maluku TW-I 2023 sebesar 87%, Latumaerissa menyebutkan, karena secara keseluruhan ekspor Maluku tetap masih sangat kecil jika dibandingkan dengan impor.
Itu pertanda bahwa kapasitas produksi Maluku masih rendah, ditandaskannya, sehingga belum memiliki keunggulan kompetetif sekalipun keunggulan komparatif Maluku sangat besar. Tetapi apa artinya keunggulan komparatif yang besar namun optimalisasi penggunaan SDA yang ada masih sangat kecil sebagai akibat rendahnya kapital dan minimnya penguasaan teknologi dan industri manufaktur di Maluku, termasuk lambatnya pertumbuhan UMKM.
Kalau dilihat dalam data BPS Rasio Perdagangan Internasional (RPI) Maluku 15 tahun terakhir menurut Latumaerissa, selalu dibawah angka 1 dan cenderung minus, ini berarti ekspor lebih kecil dari impor. Rendah nya ekspor dari impor tentunya akan berdampak kepada perolehan devisa dan money supply di Maluku.
“Selain itu dampak yang lain adalah terjadi capital flight akibat besarnya transaksi impor dan permintaan atas valuta asing semakin tinggi dan berpengaruh terhadap penguatan rupiah atas mata uang asing.tahun 2022 tercatat RPI Maluku -0,28%,” tuturnya.
Selain RPI maka jika kita melihat rasio ekspor terhadap impor Maluku selama 15 tahun terakhir juga dibawa angka 1, artinya terdapat dominasi impor atas ekspor. Tahun 2022 rasio ekspor atas impor Maluku tercatat 0,20% artinya M > X.
Latumaerissa menyatakan, ini perlu diketahui oleh publik Maluku sehingga paham bahwa pertumbuhan bukan sebuah hal yang harus diapresiasi secara berlebihan tetapi masih banyak juga variaberl makro terkait yang masih di bawah standar yang berlaku.
“Saya membatasi diri dulu pada masalah ini, tetapi yang pasti ekonomi Maluku masih banyak hal yang perlu dibenahi, kita harus jujur untuk berkata sehingga kedepan perlu ada perbaikan. Sementara itu dimensi sosial yang perlu kita perhatiakan adalah masalah kemiskinan terutama kedalaman dan keparahan kemiskinan atau poverty gap index (P1) dan poverty severity Index (P2) Maluku dan bukan persentasi relative kemiskinan Maluku,” papar Latumaerissa.
Ditakan, Poverty Gap Index Maluku mengalami kecendrungan menurun yang cukup signifikan dalam tiga tahun terakhir. Tahun 2020 tercatat 3,47% dan terus menurun sampai tahun 2022 masing-masing 3,58% tahun 2021 dan 2,90% tahun 2022. Penurunan ini patut diapresiasi namun masih memberikan gambaran bahwa rata-rata pengeluaran kelompok miskin Maluku masih jauh dari garis kemiskinan.
Menurutnya, disisi lain Poverty Severity Index Maluku yang menggambarkan tingkat sebaran pengeluaran diantara kelompok miskin semakin merata dari tahun ke tahun 2020-2022 masing masing 0,99 tahun 2020, dan 2021 dan 0,88 tahun 2022 persoalan kemiskinan lain yang harus menjadi fokus perhatian pemda adalah mengatasi persoalan kelompok rumah tangga miskin diwilayah pedesaan baik dari aspek Pendidikan dan ketrampilan, kegiatan usaha dan sumber pendapatan.
Masalah sosial yang lain yang penting adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Maluku tahun 2022 mencapai 70,22, meningkat 0,51 poin (0,73%) dibandingkan capaian tahun sebelumnya. Selama tahun 2010 hingga tahun 2022, IPM Provinsi Maluku rata-rata meningkat sebesar 0,74%.
Selain itu rata-rata lama sekolah (RLS) meningkat 0,16 tahun, dari 10,03 tahun pada tahun 2021 menjadi 10,19 tahun pada tahun 2022 Dia menegaskan, artinya penduduk Maluku umur 25 tahun ke atas pada tahun 2022 hanya memiliki tingkat pendidikan setara SMA kelas 1
Untuk harapan lama sekolah (HLS) Maluku tahun 202 tercatat 14,00 tahun, atau setingkat Diploma II, dikatakan angka ini meningkat 0,03 tahun dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 13,97 tahun. Hal ini berarti menurutnya, penduduk Maluku berusia 7 tahun yang baru mulai sekolah pada tahun 2022 memiliki kesempatan menikmati pendidikan hanya 14 tahun.
Dari sisi kesehatan, bayi yang lahir pada tahun 2022 memiliki harapan untuk dapat hidup (UHH) hingga 66,45 tahun, lebih lama 0,36 tahun dibandingkan dengan mereka yang lahir pada tahun sebelumnya.
Untuk masalah pengangguran di Maluku diketahui bahwa Jumlah angkatan kerja berdasarkan data Sakernas pada Februari 2023 sebanyak 901.771 orang, naik 24.958 orang dibanding Februari 2022.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) naik sebesar 0,74% poin dengan demikian Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2023 sebesar 6,08%, turun sebesar 0,36% poin dibandingkan dengan Februari 2022.(Red).
Discussion about this post