JAKARTA, arikamedia – Wapres K.H Maruf Amin mengatakn, Visi Indonesia Emas 2045 menghendaki upaya sungguh-sungguh untuk menuntaskan masalah gizi anak yang akan menentukan sumber daya manusia Indonesia.
Dikatakan, salah satu strategi pemerintah untuk memastikan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas, cerdas dan berdaya saing adalah dengan memprioritaskan upaya percepatan penurunan stunting.
Menurutnya, Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, mencatat, prefelensi stunting nasional sebesar 21,6%.
“Penanganan stunting masih membutuhkan upaya optimal guna mencapai target 14% 2024 dan 0% pada 2030 sebagaimana target tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs),” hal ini dikatakan Wapres dalam sambutan ketika membuka kegiatan Deklarasi ‘Gerakan Ibu Bangsa Untuk Percepatan Penurunan Stunting’ baru-baru ini melalui Daring yang dilaksanakan oleh Kowani.
Di luar isu stunting kita juga masih memiliki pekerjaan rumah lain terkait problem gizi balita yang harus dituntaskan.
Dalam sebuah keluarga kata Mar’uf, anak adalah tumpuan harapan kebahagiaan di masa depan, begitupun generasi muda adalah fondasi kemajuan bangsa di masa depan.
Gerakan ibu bangsa kiranya dapat menginspirasi organisasi sejenis lainnya utamanya untuk melakukan kampanye perubahan perilaku guna meningkatkan kesadaran dalam lingkup keluarga akan bahaya stunting dan permasalah gizi anak lainnya serta cara mengatasinya.
Di kesempatan yang sama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayogo mengatakan, peran perempuan dalam mewujudkan kesetaraan gender di berbagai sektor bukanlah hal yang mudah.

Perlu kita sadar bahwa sebenarnya perempuan dan anak merupakan kekuatan bangsa dan dunia. Mengingat perempuan merupakan setengah dari populasi Indonesia dan anak sepertiga dari total populasi Indonesia maka perempuan dan anak akan menentukan kesejahteraan Indonesia di masa depan.
Sangatlah penting menurutnya, kita memberi perhatian pada tumbuh kembang anak dalam masa emasnya yaitu seribu hari pertama kehidupannya sejak dalam masa kandungan. Di masa ini anak mengalami perkembangan pesat dalam berbagai aspek yang menentukan kualitasnya di masa depan. Salah satu isu tumbuh kembang anak di usia dini yang menjadi prioritas pemerintah adalah stunting.
“Upaya percepatan penurunan stunting nyatanya telah membuahkan hasil. Isu stunting sangat berhubungan erat dengan ketidaksetaraan gender beserta isu perempuan dan anak lainnya. Beberapa contoh situasi yang menggambarkan lainnya, adalah bayi yang lahir dari perkawinan anak, faktor pendidikan perempuan, kemiskinan perempuan, kesehatan perempuan pada masa kehamilan dan kekerasan terhadap perempuan,” kata Bintang.
Seluruh sektor pembangunan harus bekerja bersama termasuk menyelesaikan masalah isu-isu kesetaraan gender termasuk isu perempuan dan anak lainnya yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Menteri PPPA menjelaskan lebih jauh bahwa pengasuhan anak berkualitas merupakan kunci utama dalam menurunkan angka stunting. Diungkapkan, Presiden telah amanatkan 5 prioritas isu yang saling terkait satu sama lainnya, salah satunya peningkatan peran ibu dan keluarga dalam pendidikan anak, dimana harus ada kerjasama antara perempuan dan laki-laki, dalam rumah tangga untuk terus mendorong peran perempuan dalam keluarga.
Menurut Bintang, terkiat dengan permasalahan stunting kami dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunhan Anak telah mengeluarkan sejumlah kebijakan dan program dengan empat sasaran strategis yaitu melalui keluarga, Kementerian PPPA membentuk Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA).
“Melalui anak kami Kementerian PPPA membentuk dan melibatkan Forum Anak sebqgai pelopor, dan pelapor. Forum Anak telah terbentuk di 34 provinsi dengan jaringan yang tersebar hingga tingkat desa, untuk memastikan fasilitas pelayanan kesehatan menjadi ramah anak melalui pelayanan ramah anak di Puskesmas,” ujarnya.
Pencegahan Stunting yang dilakukan minimal di Rumah Tangga sendiri akan memberikan kekuatan yang luarbiasa dalam percepatan penurunan stunting di Indonesia untuk mewujudkan Indonesia layak anak tahun 2030, dan Indonesia emas tahun 2045.(Red)
Discussion about this post