AMBON, arikamedia.co – JIKA banyak orang mengatakan bahwa Covid-19 membawa petaka, tetapi tidak sedikit juga membawa hal yang baik dan positif.
Hampir pasti di era 2020 – 2021 adalah masa kelam bagi seluruh dunia dengan adanya pandemi Covid-19. Tidak terkecuali di Indonesia dan provinsi Maluku maupun kota Ambon.
Kejenuhan, bosan, karena semua hal harus dilakukan dari rumah. Aparatur Sipil Negara (ASN), Pegawai Swasta, pedagang hampir semua profesi tidak dapat berbuat banyak selain harus Work From Home (WFH). Termasuk ibu-ibu rumah tanggapun sangat merasakan situasi sulit ini.
Tentu masyarakat masih ingat yang namanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Hampir putus asa karena tidak bisa berbuat apa-apa. Di masa itu, di kota Ambon Manise kita bisa menemukan para pemuda/pemudi yang mungkin juga memanfaatin kondisi pendemi ini dengan menyalurkan bakat, ide, yang inovativ. Ada yang hanya iseng-iseng tapi membuahkan hasil.
Seperti kisah nyong Ariate bernama lengkap Romie Kermite, seorang ASN yang akibat WFH akhirnya mencoba mengembangkan hobinya sebagai “Tukang Seduh Kopi”. Padahal menyeduh kopi ini juga hanya berawal dari ketika mengecap pendidikan Strata1 (S1) di kota Semarang, lalu diajak teman untuk seduh kopi. Ternyata lama-lama menjadi sesuatu yang menarik ketika ia bertemu dengan seorang kenalan di Jogjakarta. Setelah menyelesaikan studi S1 Kebijakan Kesehatan, dirinya bersama kawannya tersebut ke Jogjakarta sambil kawannya itu mengajarinya bagaimana cara seduh kopi. Sekolah S1 di Semarang ternyata adalah kesempatan Romie mendapat ilmu lain yang dia jadikan hobi hingga saat sekarang.
Ia dan beberapa kawannya berpikir bisa menjaga jarak tapi aktivitas jangan berhenti di rumah saja. Mulai mereka ngopi di Jalan Raya Pattimura Ambon dan dirinya mulai menyeduh kopi.
Sempat terbersit di pikiran saat itu PPKM pasti mereka di usir dari pinggir jalanan, namun Romie meyakinkan teman-temannya kalau mereka duduk di tepi jalan dengan botol dan gelas sloki, maka dipastikan mereka diusir. Kesepakatan bersama mulai diwujudkan nongkrong seduh kopi pertama kali.
Ternyata benar ketika seduh kopi di Trotoar Jalan Raya Pattimura itu, melintaslah patroli Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Kepolisian. Mereka sempat berhenti, kebetulan Romie dan sahabat-sahabatnya lagi nongkrong di depan Sekolah P & K Jalan Raya Pattimura. Mereka melihat dan benar saja apa yang dikuatirkan mereka tidak terbukti karena baik Satpol PP maupun Polisi Patroli tahu kalau mereka sedang ngopi.
“Karena ini kopi bukan sopi. Kebetulan juga belum memiliki nama untuk Kopi Seduhnya. Karena beta dan rekan-rekan mengawali seduh kopi dan nongkrong di tempat pejalan kaki atau Trotoar, maka mulailah nama Trotoar dipakai untuk nama kopinya,” cerita Romie kepada arikamedia di Walang sederhananya di Jalan Raya dr.Kayadoe Kudamati Ambon.
Romie mengatakan, setelah di Trotoar itu dia mulai membuka pelayanan seduh di tempat dengan minimal order 5 Cup, dimana saja mereka yang memesan berada ia akan menghampiri dan melayani. Dirinya menawarin ke orang-orang yang kepingin minum kopi, karena memang situasi PPKM, warga yang ingin menikmati kopi tidak bisa berlama-lama di Rumah Kopi atau Cafe. Bahkan ada yang bersantai di teras rumah menghubungi dirinya untuk datang dan Romie seduh kopi di teras rumah para pemesan. Istilahnya Romie mendatangi para pemesan dimana saja mereka berada, dengan janji lebih awal.
Diungkapkan, sempat juga dirinya seduh kopi di Lapangan Merdeka, dan berkenalanlah dia dengan bapak-bapak yang berprofesi Hakim yang hobi ngopi. “Dong (mereka) menawarkan beta seduh kopi di atas Kapal Patroli Kementerian Kelautan Perikanan di Galala,” kisah pria kelahiran 1 November 1979 ini.
Selain kisah itu, cerita lainnya, ia pernah diminta oleh para Pendeta untuk ngopi di tengah ajang Expo Angkatan Muda Gereja Protetstan Maluku (AMGPM) Daerah Kota (Dakota) Ambon di Pattimura Park. Ia mendatangi mereka dan seduh kopi termasuk acara Klasis Pulau Ambon juga dia mendatangi mereka seduh kopi di tempat kegiatan.
“Beta berpikir saat itu orang nyaman dimana saja boleh ngopi. Setelah jalan 1 tahun di tanggal yang sama 12 Maret 2022 beta dapat lokasi baru untuk usaha seduh kopi ini, yang sudah dibuka untuk umum khusus bagi penikmat kopi,” ujarnya.
Menurutnya, 12 Maret punya sejarah, karena di tanggal itu 12 Maret 2021 dia memulai seduh kopi di atas Trotoar. Tanggal yang sama pula tahun 2022, ia memiliki sebuah kedai berjarak sekitar 2,4 Kilometer atau hanya sekitar 10 Menit dari pusat kota Ambon itu, warga sekitar mengenalnya dengan sebutan “Trotoar Coffee
Jadi resmi warung kopi ini didirikan 12 Maret 2022, dirintis Romie Kermite (43). Banyak yang mempersoalkan Lokasi Trotoar Coffee yang tidak terletak di pusat kota Ambon. Namun baginya memulai, merinits dan mengembangkan cafe dengan apa adanya saja sudah bersyukur.
Kedai Trotoar Coffee digunakan dengan ijin pakai dari pemilik. Bangunan bekas apotik ini terbengkalai cukup lama sekitar 10 tahun ditinggal pemiliknya kemudian diberi ijin pakai adalah berkat Tuhan baginya. Menata bangunan dan merobahnya menjadi sebuah tempat ngopi sederhana namun unik bukanlah hal yang mudah.
Tampilan arsitekturnya cukup sederhana, sederet ornamen dan aksesoris berbahan kayu, peralatan musik etnik, 2 Motor Gede (Moge) sebagai hiasan menambah keunikan seolah-olah pengunjung sedang berada di warung kopi ala country.
“Kalau beta buka di kota, seng (tidak) bisa karena cafe nya hanya dibuka sore sekitar jam 18.00 WIT setelah pulang kantor. Hal lainnya Trotoar Coffee belum bisa bersaing dengan cafe-cafe yang telah memiliki nama di kota Ambon. Walau beta spesialisnya agak beda karena seperti di salah satu rumah kopi terkenal saringan kainnya beda dengan beta punya (punya saya),” kata Romie sembari menambahkan ia memakai ala seduh manual yang tren seperti di kota-kota besar.
Trotoar Coffee paling tepat dikunjungi menjelang petang. Saat malam, light setting dalam cafe dengan mendengarkan gendre musik Jazz, Klasik, jika sudutnya tepat kita seolah sedang nongkrong dan ngopi didalam rumah tradisional Maluku bernuansa Country Amerika Latin sangat pas dinikmati dengan secangkir kopi, walau di kedai ini juga disediakan berbagai minuman ringan.
Kemauannya kuat, meskipun minim pengalaman dan modal pas-pasan, karenanya dia tidak mau menyebut dirinya barista sebab predikat itu harus bersertifikat, namun kedainya perlahan ramai dan diminati pengunjung.
“Ada beberapa anggota DPRD yang sudah berkunjung ke sini, bahkan pejabat dari pusat, itu yang bikin semangat,” tandasnya. Kendati belum memiliki karyawan semua masih dikerjakan sendiri, Romie tetap bersukacita mengerjakan hobinya ini.
Menu yang tersedia di Trotoar Coffee adalah Kopi Tubruk, Cappucino, Kopi Susu gula aren, Coffee Late. Sedangkan minuman non kopi tersedia, Thai Tea, Es Teh, Teh Jahe, Coklat Panas, Susu Jahe, Susus Coklat, Green Tea dan yang menariknya adalah Teh Rempah di kasih taburan kenari yang rasanya berbeda dengan Cafe lainnya di kota ini.
Terlepas dari cerita Romie tentang awal memulai menyeduh kopi sampai dengan memiliki Trotoar Coffee ini, dia mengulas, memang di Maluku tidak memiliki perkebunan kopi tapi kopi lokal sudah ada dan bertumbuh liar di Pulau Seram.
Ketika masa kecil omanya sudah menumbuk biji kopi yang tumbuh liar tersebut untuk opa ngopi. Ada juga yang menjual biji kopi di kertas berbentuk penco. Agak berbeda karena tanaman kopi pada umumnya mesti tumbuh 1000 Meter di atas permukaan laut. Tapi kopi di desanya Ariate sudah tumbuh 20 Meter di atas permukaan laut.
Romie menceritakan, tanaman kopi di kampungnya Ariate sudah dibuat peremajaan oleh dirinya dengan menanam sekitar 180 lebih anakan kopi. “Ini memang plan beta mempersiapkan masuk masa pensiun. Kalau ada perkebunan kopi dibuat kedai kopi di kebun, orang bisa ngopi disitu. Target kedepannya seperti itu,” kata pria yang juga seorang ASN di Kementerian Kesehatan ini.
Ada beberapa biji kopi lokal asli tanah Seram yang diambilnya juga dan bijinya kecil halus. Berbeda dengan biji kopi arabika bijinya besar dari Papua.
Dikatakan, biji kopi Seram kecil mungkin karena stektur dan konstruksi tanah jadi seleksi alam akhirnya hasilnya begitu. Menurut Romie dia tidak memiliki referensi cukup untuk mempelajari kenapa biji kopi Seram itu kecil, karena belum ada yang menulis soal biji kopi Pulau Seram.
“Di Kepulauan Seram banyak tanaman kopi seperti di bagian Tehoru, Haya, dan beberapa kawasan lainnya, sekarang orang sudah mulai mengembangkan kopi Seram ini. Teman-teman penggerak kopi lokal ini sudah mulai mengedukasi para petani untuk ketersediaan stok kopi di beberapa kedai kopi. Di Ambon seperti Chanie Kopi, Karibo Kopi (Kopi Lokal Seram Bagian Timur),” tutur Romie.
Orang banyak mungkin belum tahu Ariate tapi di sana ada tanaman kopi yang bertumbuh liar, padahal biji kopi disana sarat kisah dan cerita. Terbersit lebih baik seduh kopi daripada Minuman Keras (miras). Mungkin tujuannya juga adalah agar masyarakat Ambon khususnya, memahami mana kopi berkualitas terbaik dan mana yang biasa saja atau jelek. Karena itu tumbuhan kopi Seram adalah kopi lokal yang layak dilestarikan menjadi kopi lokal terbaik bagi daerah ini.
Romie telah memilih jalan untuk mengembangkan hobinya dan tentu akan banyak persaingan ke depan, termasuk hari ini. Mensyukuri apa yang ada hari ini adalah semangat untuk mengayuh hari ke depan menjadi lebih baik, sambil menantikan donatur untuk melanjutkan studi S2nya. Pasti tidak sedikit yang nyiyir melihat usaha seperti ini, namun butuh keyakinan bahwa tidak ada keberhasilan tanpa sebuah perjuangan yang gigih. Trotoar Coffee menantikan kunjungan para penikmat Kopi di kota ini. Teruslah semangat tukang seduh kopi dari Ariate Pulau Seram,
Penulis : Vonny Khouw
Discussion about this post