Ambon, AM – Guru Besar FKIP Unpatti Juliaans E. R. Marantika mengatakan, pengalaman selama membimbing dan menguji mahasiswa PPL, mengamati sebagian video pembelajaran yang diunggah beberapa guru bahasa Jerman di Maluku, menginformasikan bahwa guru juga terkesan “memaksakan” pemahaman peserta didik terhadap kata atau struktur kalimat tertentu dengan cara menerjemahkan kedalam bahasa Indonesia.
Hal ini dikatakannya dalam pidato saat pengukuhan dirinya baru-baru ini di Kampus Unpatti.
Lebih jauh dikatakan, Fase latihan (Ubungen) dilakukan untuk memberi kesempatan kepada peserta didik berlatih pengetahuan kaidah bahasa.
“Sementara fase penugasan (Aufgaben) digunakan untuk memberian kesempatan kepada peserta didik berlatih pemantapan dan otomatisasi penegtahuan kaidah bahasa mereka untuk berkomunikasi dalam konteks nyata,” ungkap Prof.
Tujuan lain yang ingin dicapai adalah membangun pola-pola interaksi social di kelas melalui penggunaan Sozialform secara variatif dan fleksibel sesuai situasi yang ingin dicapai dan dituntut untuk menciptakan suasana belajar atau atmosfer kelas yang mendukung.
Hal ini kata Marantika, tentu saja akan berdampak terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik yaitu mereka memiliki keterampilan mendengar, membaca (reseptif) dan menulis, berbicara (produktif) yang baik sesuai standar kebahasaan.
“Guru juga diharapkan dapat memberi respons atau umpan balik yang positif terhadap pertanyaan atau jawaban, tidak mengoreksi kesalahan peserta didik secara langsung yang dapat menimbulkan ketakutan atau kecemasan sekaligus menurunkan motivasi belajar mereka yang berujung pada tingkat pencapaian tujuan pembelajaran,” pungkasnya.
Trampil menggunakan bahasa secara reseptif maupun produktif tidak dapat diperoleh hanya melalui proses pembelajaran yang lebih berorientasi pada pengetahuan kaidah bahasa saja.(*)
Sumber : Unpatti
Discussion about this post